BAB
I
PENDAHULUAN
Transportasi
merupakan sebuah pengetahuan yang telah dikembangkan oleh manusia sejak mereka
mengenal hidup menetap. Transportasi pada hakekatnya merupakan kegiatan
pergerakan atau perpindahan barang dan manusia pada ruang dan suatu waktu
melalui moda tertentu.
Permasalahan transportasi selalu terjadi
hampir diseluruh kota-kota besar di dunia, dan bahkan sudah dalam keadaan yang
sangat kritis. Penyebabnya antara lain: mulai terbatasnya sarana dan prasarana
transportasi, urbanisasi yang cepat, tingkat kedisiplinan lalu lintas yang
rendah, semakin jauh pergerakan manusia setiap harinya, dan mungkin juga sistem
perencanaan transportasi yang kurang baik. Akibatnya kemacetan, tundaan,
kecelakaan, gangguan kesehatan, dan permasalahan lingkungan yang tidak dapat
dihindari lagi (Tamin, 2000).
Program pengendalian dampak transportasi
telah banyak direkomendasikan saat ini, misalnya saja Yelda dan Shrestha (2003)
yang melakukan pemilihan alternatif untuk menciptakan sistem transportasi yang
berkelanjutan di Delhi dengan mempertimbangkan kriteria kualitatif dan
kuantitatif. Kriteria kualitatif yang diajukan adalah ketersediaan teknologi,
kemampuan beradaptasi dan tantangan untuk mengaplikasikannya, sedangkan
kriteria kuantitatifnya antara lain efisiensi energi (energi), emission
reduction potencial (lingkungan), dan kelayakan ekonomi (biaya). Alternatif
yang diajukan antara lain dengan mengganti semua sepeda motor dua tag menjadi
empat tag, dan pengkonversian bahan bakar mobil pribadi maupun bus dengan Compressed
Natural Gas (CNG). Dalam proses pengambilan keputusannya, Yelda dan
Shrestha (2003) membandingkan hasil dari pengolahan data kualitatif,
kuantitatif, serta mengintegrasikan keduanya. Hasil dari perngolahan data
tersebut, menurut Yelda dan Shrestha (2003) yang memberikan performansi terbaik
adalah dengan mengintegrasikan data kualitatif dan kuantitatif. Yelda dan
Shrestha (2003) menggunakan metode AHP untuk mengolah data-datanya. Dalam
pengolahan data menggunakan metode AHP, konsistensi jawaban dari responden yang
dilibatkan sudah cukup teruji. Akan tetapi belum dapat dipastikan bahwa solusi
atau kebijakan yang diambil merupakan solusi yang ideal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transportasi
Transportasi
adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan
menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia
atau mesin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas
sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk disana jarang yang mempunyai
kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum
sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi
darat, laut, dan udara. Transportasi udara merupakan transportasi yang
membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang
lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat
dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.
B. Permasalahan Transportasi
Permasalahan transportasi khususnya transportasi darat
di Indonesia cukuplah kompleks, karena transportasi merupakan suatu sistem yang
saling berkaitan, maka satu masalah yang timbul di satu unit ataupun satu
jaringan akan mempengaruhi sistem tersebut. Namun permasalahan trnsportasi yang
terjadi di Indonesia terjadi hampir di setiap jaringan atau unit-unit hingga
unit terkecil dari sistem tersebutpun memiliki masalah. Masalah yang terjadi
bisa masalah yang terjadi dari unit tersebut maupun masalah akibat pengaruh
dari sistem.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
masalah-masalah pada transportasi darat di Indonesia sangat beragam, antara
lain ledakan penduduk, tingginya kendaraan bermotor, kurangnya kesadaran
masyarakat, serta lemahnya birokrasi dari pemegang kekuasaan sistem birokrasi.
1 . Ledakan
penduduk
Ledakan penduduk selalu menjadi isu yang dikaitkan
dengan berbagai permasalahan yang ada pada suatu wilayah. Hal ini dikarenakan
ledakan penduduk akan meningkatkan tingkat kebutuhan masyarakat, termasuk
kebutuhan transportasi. Penduduk akan melakukan mobilitas setiap waktunya,
mobilitas yang dimaksud tidak hanya sekedar perpindahan dari satu tempat ke
tempat yang lain, namun mobilitas disini lebih ditekankan pada mobilitas yang
dimaksudkan adalah pergerakan dalam upaya peningkatan kesejahteraan hidup.
Contoh dari mobilitas yang memerlukan transportasi adalah usaha. Manusia
melakukan pekerjaan yang akan menghasilkan suatu produksi, untuk mencari bahan
baku dari sesuatu yang akan ia olah, manusia akan pergi ke suatu titik dimana
ia akan mendapatkan bahan baku tersebut, dan bahan-bahan tersebut tidak berada
di satu tempat, bahan-bahan tersebut pastilah berada di beberapa lokasi yang
berbeda sehingga untuk mengaksesnya diperlukan alat transportasi. Begitu pula
ketika barang tersebut sudah diolah, maka manusia perlu memasarkan barang
tersebut agar ia mendapatkan laba, untuk memasarkan barang dagangannya, manusia
juga mememrlukan alat transportasi.
Singkat
kata, ledakan penduduk akan memicu peningkatan kebutuhan akan alat transpirtasi
atau fasilitas transportasi.
2.
Masalah Transportasi Darat
Sistem dan fasilitas trasnportasi memang diakui banyak
pihak telah membawa dampak yang cukup berarti dalam kehidupan manusia dari
waktu ke waktu, namun tidak dapat dipungkiri bahwa seiring perkembangannya,
transportasi juga membawa masalah-masalah dari setiap pergerakannya.
2.1
Masalah Lingkungan
2.1.1
Polusi
Salah satu hasil dari sistem transportasi yang tidak
diinginkan adalah polusi yang ditimbulkan. Polusi disini lebih dominan oleh
polusi udara. Menurut data jasa raharja tahun 2007, transportasi merupakan
penyumbang emisi sebanyak 23,6% , penyumbang emisi yang lain adalah dari sector
industri, pembangkit tenaga, sector rumah tangga serta dari sektor komersial.
Transportasi darat turut menyumbang sebagian besar
dari angka 23,6% tersebut, hal ini kembali ke pernyataan yang telah diuraikan
sebelumnya yaitu karena dominasi aktifitas transportasi berada di darat.
Tingginya angka emisi yang ditimbulkan oleh transportasi darat dikarenakan
beberapa faktor seperti:
- Tidak ada kebijakan yang mengontrol sistem emisi transportasi
- Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor yang seharusnya wajib dilakukan secara berkala tidak berjalan dengan efektif
- Kualitas BBM yang rendah
- Kesadaran masyarakat tentang bahaya emisi serta upaya dari tiap-tiap individu untuk menguranginya masih rendah
- Tingginya mobilitas manusia di darat
- Tingginya penggunaan kendaraan bermotor
- Rendahnya kualitas angkutan umum
Permasalahan
polusi udara layaknya ditangani dengan optimal karena kondisi bumi saat ini
yang sudah hampir mencapai ambang batas, dimana lingkungan tidak lagi mampu
mememnuhi semua kebutuhan manusia. Efek paling buruk dari emisi transportasi
ini adalah meningkatkan resiko pemanasan global dan kerusakan ozon.
2.1.2
Konsumsi Energi
Permasalahan energi di Indonsia sama seperti yang
dihadapi dunia. Jika tidak ada penemuan ladang minyak dan kegiatan eksplorasi
baru, cadangan minyak di Indonesia diperkirakan hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan selama 18 tahun mendatang. Sementara itu, cadangan gas cukup untuk 60
tahun dan batu bara sekitar 150 tahun. Kapasitas produksi minyak Indonesia
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan dekade 1970-an yang masih sekitar
1,3 juta barel per hari. Kini, kapasitas produksi minyak Indonesia hanya 1,070
juta barel per hari.
Tingginya kebutuhan bahan bakar minyak dapat
memperparah kondisi krisis energi dunia yang kini sudah mulai menjadi
perbincangan. Ketika krisis energi terjadi, maka hal ini akan menimbulkan
kelangkaan BBM yang kemungkinan akan mempengaruhi harga BBM di pasaran, tentu
hal ini akan semakin menyusahkan masyarakat Indonesia yang didominasi oleh
kalangan menengah ke bawah, karena belajar dari pengalaman yang sudah terjadi,
kenaikan harga BBM akan mempengaruhi harga kebutuhan rumah tangga lainnya.
2.1.3 Lahan dan Estetika
Banyaknya urbanisasi dari desa ke kota yang terjadi di
Indonesia menjadikan pengembangan kapasitas transportasi perkotaaan sebagai hal
yang harus segera dipenuhi. Pengembangan tersebut tentu memerlukan lahan
tambahan dan biasanya dalam bentuk jalan bebas hambatan ataupun lintas transit
cepat. Tanah untuk transportasi darat harus tersedia sebagai jalur yang menerus
dengan lebar minimum tertentu dan untuk sarana-sarana yang berkapasitas tinggi
seperti di daerah perkotaan biasanya perlu dihindarkan dari gangguan lalu
lintas yang ingin menyebrang, sehingga perlu mempertinggi ataupun memperendah
elevasi jalur tadi pada lokasi-lokasi tertentu. Ini mengakibatkan timbulnya
penghalang-penghalang untuk menghindari penyebrangan di sarana trasnportasi
yang baru tadi. Penghalang-penghalang itu juga akan mengganggu kehidupan
bertetangga, akan banyak rumah dan keluarga yang harus dipindahkan, yang
menimbulkan masalah sosial dan ekonomi tersendiri. Sarana baru tersebut setelah
dibangun mungkin akan memiliki nilai estetika yang rendah sehingga areal
sekitarnya mungkin kurang cocok lagi untuk dihuni. Hainim (1985 : 64).
Transportasi darat di perkotaan mengalami masalah
serius akibat tingginya angka migrasi dari desa ke kota, hal ini disebabkan
kesenjangan antara fasilitas sarana dan prasarana transportasi di desa dan di
kota yang sangat berbeda, sehingga mendorong migrasi desa-kota. Peningkatan
jumlah penduduk yang ada di kota tersebut meningkatkan juga angka kebutuhan
akan fasilitas transportasi baik sarana maupun prasarana. Peningkatan kapasitas
jalan tentu akan dilakukan untuk mengantisipasi timbulnya permasalahan-permasalahan
lebih lanjut akibat hal ini, namun peningkatan kapasitas jalan juga menimbulkan
masalah baru, yaitu berkurangnya ruang publik.
2.2 Masalah
Sosial
2.2.1
Kemacetan
Kemacetan merupakan salah satu masalah yang dinilai
paling mengganggu kenyamanan pengguna transportasi darat, kemacetan dapat
mengurangi efektifitas kerja maupun kegiatan masayarakat, memperlambar manusia
untuk melakukan katifitas, meningkatkan polusi udara, polusi suara serta
merupakan pemborosan bahan bakar yang semakin hari semakin menipis.
Kemacetan lalu-lintas di jalan raya disebabkan
ruas-ruas jalan sudah tidak mampu menampung luapan arus kendaraan yang datang
serta luasan dari jalan tersebut tidak seimbang dengan jumlah kendaraan yang
melintas. Hal ini terjadi, juga karena pengaruh hambatan samping yang tinggi,
sehingga mengakibatkan penyempitan ruas jalan, seperti: parkir di badan jalan,
berjualan di trotoar dan badan jalan, pangkalan becak dan angkutan umum,
kegiatan sosial yang menggunakan badan jalan, serta adanya masyarakat yang
berjalan di badan jalan. Selain itu, kemacetan juga sering terjadi akibat
manajemen transportasi yang kurang baik, ditambah lagi tingginya aksesibilitas
kegunaan lahan di sekitar sisi jalan tersebut.
2.2.2
Kesenjangan Sosial
Dalam perbaikan maupun pengadaan fasilitas
transportasi di pedesaan sangatlah berbeda dengan perkembangan fasilitas
infrastuktur transportasi di perkotaan, baik sarana maupun prasarana, ketika di
pedesaan masuh ditemui angkutan tradisional seperti delman maka di perkotaan
akan ditemui busway yang tidak akan ditemui di pedesaaan. Kesenjangan seperti
ini dikarenakan tingkat kebutuhan akan transportasi dan jumlah penduduk di
pedesaan yang lebih rendah, namun terkadang kondisi infrastuktur di pedesaan
cerderung terlupakan karena terlalu focus pada permasalahn di perkotaan, tentu
hal ini akan menimbulkan kesenjangan sosial desa-kota yang akan menimbulkan
permasalahan baru, contoh terbesarnya adalah migrasi desa-kota.
2.2.3
Kecelakaan Lalu Lintas
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecelakaan lalu lintas terutama di darat sangatlah beragam,
mulai dari faktor pengemudi, faktor kendaraan dan faktor cuaca
a.
Faktor Manusia
Faktor manusia sebagai pengemudi merupakan faktor yang
paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului
dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena
sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun
tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Banyaknya
kasus kecelakaan darat selama ini dikarenakan supir kendaraan yang mengantuk
saat mengemudi, hal ini biasanya terjadi pada kendaraan-kendaraan yang
muatannya berupa barang, seringkali kendaraan tersebut melakukan perjalanan di
malam hari dengan menempuh rute yang cukup jauh sehingga diperlukan kondisi
tubuh yang baik.
Kecelakaan
lalu lintas akan meningkat seiring dengan peningkatan pergerakan manusia,
semisa adalah momen hari raya Idul Fitri, dimana budaya masyaakat Indonesia
adalah mudik atau pulang ke kampung asalnya, karena banyaknya masayarakat
Indonesia yang bekerja atau tinggal di luar daerah asalnya, maka perpindahan
atau pergerakan itu sangatlah tinggi, hal ini meningkatkan resiko keelakaan.
b.
Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem
tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan
bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya
c. Faktor Cuaca
2.3 Masalah
Politik
Permasalahan politik yang menyebabkan permasalahan
transportasi adalah rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh Departemen
Perhubungan atau pejabat yang memiliki kewenangan, contoh dari rendahnya
pengawasan ini adalah kurang diawasinya tentang kelayakan sarana transportasi,
seperti bus yang umurnya lebih dari 20 tahun tapi masih terus dan diperbolehkan
untuk beroperasi, kemudian banyaknya kendaraan tanpa STNK atau surat tanda
nomor kendaraan.
2.4 Masalah
Fasilitas dan Pelayanan
2.4.1
Kurangnya Fasilitas Transportasi
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota yang pesat
tanpa diikuti dengan pengadaan sistem trasnportasi yang memadai untuk ukuran
kota itu merupakan bentuk besarnya demand daripada supply nya,
begitu pula kebalikannya, lajunya pertumbuhan sistem transportasi yang tidak
sesuai dengan ukuran perkembangan suatu kota, merupakan wujud supply
lebih besar daripada demand untuk transportasi. Kondisi-kondisi yang
telah disebutkan di atas akan berakibat pada timbulnya permasalahan-permasalahan
baru dalam sistem transportasi maupun permasalaan perkotaan pada umumnya.
Tarsito (1997:92)
2.4.2
Rendahnya Kualitas Transportasi
Rendahnya
kualitas Transportasi di Indonesia ditandai dengan timbulnya masalah-masalah
transportasi yang saling mempengaruhi satu sama lain, faktor-faktor penyebab
rendahnya kualitas transportasi di Indonesia juga disebabkan oleh berbagai
faktor dan masalah lain yang cukup kompleks. Faktor-faktor penyebab rendahnya
kualitas transportasi di Indonesia adalah :
- Dana pengadaan atau peremajaan fasilitas transportasi yang tidak mencukupi
- Kurangnya pengawasan dari pemerintah atau pihak yang berkewajiban
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga fasilitas sarana dan prasarana transportasi
- Kurangnya disiplin masyarakat
3.4
Alternatif Penanganan
3.4.1
Transportasi Berkelanjutan
Perencanaan
transportasi yang brekelanjutan adalah dimana sebuah perencanaan tersebut tidak
hanya memikirkan keuntungan dan kepentingan jangka pendek namun juga
mempertimangkan keberlanjutan perencanaan tersebut pada jangka menengah hingga
jangka panjang.
Transportasi
berkelanjutan merupakan suatu transportasi yang tidak menimbulkan dampak yang
membahayakan kesehatan masyarakat atau ekosistem dan dapat memenuhi kebutuhan
mobilitas yang ada secara konsisten dengan memperhatikan: (a) penggunaan
sumberdaya terbarukan pada tingkat yang lebih rendah dari tingkat
regenerasinya; dan (b) penggunaan sumber daya tidak terbarukan pada tingkat
yang lebih rendah dari tingkat pengembangan sumberdaya alternatif yang
terbarukan. Sistem transportasi yang berkelanjutan mengakomodasikan
aksesibilitas semaksimal mungkin dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
Sistem transportasi yang berkelanjutan harus memperhatikan setidaknya tiga
komponen penting, yaitu aksesibilitas, kesetaraan dan dampak lingkungan.
(Wikipedia.org)
Sistem
transportasi berkelanjutan lebih mudah terwujud pada sistem transportasi yang
berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan sistem yang berbasis
pada penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi berkelanjutan merupakan
tatanan baru sistem transportasi di era globalisasi saat ini.
Perencanaan transportasi yang berkelanjutan tidak
hanya mempertimbangkan aspek transportasi saja dalam perencanaannya namun
aspek-aspek lain seperti ekonomi dan lingkungan. Dengan konsep seperti itu,
maka planner dituntut untuk mengerti dan peka terhadap aspek-aspek yang
sekiranya menyangkut transportasi yang baik. Dalam hal ini, transportasi yang
berkelanjutan memikirkan bagaimana transportasi bisa berjalan dengan baik tanpa
harus mengorbankan aspek lingkungan tetapi tetap meningkatkan pendapatan
ekonomi. Memang tidak mudah merencanakan transportasi berkelanjutan apalagi
melihat kondisi transportasi di Indonesia yang sudah cukup kompleks, khususnya
transportasi darat dimana tingkat mobilitasnya jauh lebih tinggi daripada
transportasi laut ataupun udara.
Beberapa
dampak yang bisa timbul akibat penerapan perencanaan transportasi berkelanjutan
ini adalah :
·
Mengurangi
penggunaan BBM dan Mengurang Polusi
hal ini bisa didapat karena berkurangnya orang yang
melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan bermotor, dengan meningkatkan
penggunaan sepeda atau berjalan kaki, hal ini tentu akan berdampak positif pada
penurunan tingkat pembuangan emisi ke udara, mengingkatkan angka kesehatan
pernafasan masyarakat serta mengurangi beban negara dalam pendanaan BBM.
·
Mengurangi
Kemacetan
Dengan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor, jumlah
kendaraan yang melintasi jelan raya akan berkurang, hal ini bisa mengurangi
resiko kemacetan di jam-jam sibuk atau di jalan-jalan tertentu, dengan
perencaanaan transportasi yang berkelanjutan, diharapkan dampak positif yang
akan ditimbulkan dari lengkah-langkah nya bisa saling berkaitan, seperti halnya
pengurangan kendaraan bermotor yang akan mengurangi kemacetan sehingga
mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.
·
Menjaga
Kulalitas Lingkungan Untuk Masa Depan
Generasi mendatang yanitu anak cucu manusia saat ini
masih membutuhkan lingkungan alam yang sehat, udara yang bersih dan
ketersediaan kebutuhan alam yang cukup. Hal ini tidak akan bisa diwujudkan
apabila manusia yang hidup saat ini tidak menjaga lingkungan serta kualitas
alam, saat ini alam hampir berada pada batas ambang dimana daya dukung
lingkungan sudah tidak mampu menyediakan apa yang manusia butuhkan.
Pemerintah
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi diharapkan mampu membuat suatu kebijakan
yang baik dalam hal menangani masalah-masalah transportasi darat yang makin
hari makin bertambah. Perencanaan yang diharapkan tentu merupakan perencanaan
yang cerdas, yang tidak hanya mememntingkan aspek transportasi, menempatkan
transportasi sebagai satu sistem yang harus dilaksanakan dengan baik ndan bisa
mengesampingkan aspek-aspek yang lain. Pemerintah diharapkan mamu merencanakan
transportasi darat yang dapat mengurangi polusi udara, menjaga keutuhan
lingkungan untuk masa yang akan datang serta mengurangi angka kecelakaan lalu
lintas.
3.4.2
Penerapan ERP
Dengan electronic
roadpricing, pengguna kendaraan pribadi akan dikenakan biaya jika mereka
melewati satu area atau koridor yang macet pada periode waktu tertentu.
Pengguna kendaraan pribadi, akhirnya, harus menentukan apakah akan meneruskan
perjalanannya melalui area atau koridor tersebut dengan membayar sejumlah uang,
mencri rute lain, mencari tujuan perjalanan lain, merubah waktu dalam melakukan
perjalanan, tidak jadi melakukan perjalanan, atau berpindah menggunakan moda
lain yang diijinkan untuk melewati area atau koridor tersebut.
Biaya yang
dikenakan juga bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada pengguna kendaraan
pribadi bahwa perjalanan mereka dengan kendaraan pribadi mempunyai kontribusi
terhadap kerusakan lingkungan dan kerugian kepada masyarakat yang tidak
mengunakan kendaraan pribadi. ERP diharapkan mampu mengurangi perjalanan dengan
kendaraan pribadi dan mengurangi perjalanan yang tidak perlu, terutama pada
jam-jam sibuk.
Cara kerja dari ERP sendiri adalah seperti jalan tol,
namun masyarakat menggunakan kartu yang cara kerjanya seperti kartu ATM,
sehingga bisa diisi ulang, biaya yang diterapkan berbeda-beda tergantung jam
melintas, kapasitas jalan, serta jenis kendaraan. ERP memiliki alat berupa
gerbang masuk dimana ketika memasuki gerbang tersebutm itu artinya telah masuk
kawasan yang dinilai cukup rawan kemacetan dan masyarakat harus menggesek kartu
prabayar tersebut di vehicle units atau alat gesek yang ada di kendaraan
masing-masing. Kemudian alat di gerbang tersebut akan menerima sensor dari
kendaraan yang melintas, apakah sudah melakukan transaksi pembayaran atau belum,
apabila belum maka kendaraan tersebut akan dikenai denda saat pengurusan STNK.
3.4.3
Green Transportation
Green Transport merupakan salah satu contoh transportasi
berkelanjutan. Transportasi hijau atau bisa juga disebut dalam bahasa
Inggrisnya disebut sebagai Green Transport merupakan perangkat
transportasi yang berwawasan lingkungan. Green Transport ini merupakan
pendekatan yang digunakan untuk menciptakan transportasi yang sedikit atau
tidak menghasilkan gas rumah kaca.
Transportasi hijau atau green transport dapat
diterapkan melalui banyak cara, seperti mengganti bahan bakar minyak yang
digunakan kendaraan bermotor dengan bahan bahar yang lebih ramah lingkungan,
pengurangan penggunaan kendaraan bermotor pribadi, ataupun peningkatan kualitas
fasilitas transportasi. Cara yang mungkin bisa ditempuh oleh pemerintah
Indonesia dalam waktu dekat ini adalah perbaikan fasilitas transportasi yang
sudah ada, peremajaan ataupun pengadaan fasilitas transportasi yang memang
dibutuhkan tetapi jumlahnya masih sangat minim.
Dalam konteks perencanaan kota, konsep ini bertujuan
sebagai upaya peningkatan fasilitas bagi komunitas bersepeda, pejalan kaki,
fasilitas komunikasi maupun penyediaan transportasi umum massal yang murah dan
ramah lingkungan. Contoh penerapan green transportation adalah penerapan bahan
bakar untuk kendaraan bermotor yang ramah lingkungan :
·
Ethanol
Ethanol merupakan alkohol cair dengan bilangan oktana
yang tinggi dan mampu menggantikan bensin. Ethanol diproduksi dari sumber daya
alam yang dapat diperbaharui seperti jagung di Amerika serikat dan tebu di
Brazil. Menurut studi yang ada, ethanol lebih menguntungkan terhadap lingkungan
yang bersih dibandingkan dengan bensin premium. Bila produksi etanol sebagai
bahan bakar alternatif pengganti bensin semakin digenjot, maka impor bensin
akan menurun. Di satu sisi, pemerintah bisa melakukan penghematan, tentu saja
harus disertai riset soal pengembangan produk otomotif berbahan bakar etanol.
·
BBG
BBG
merupakan singkatan dari bahan bakar gas.
·
Bioetanol
Singkong
Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil
adalah dengan bioenergi seperti bioetanol. Bioetanol adalah bahan bakar nabati
yang tak pernah habis selama mentari masih memancarkan sinarnya, air tersedia,
oksigen berlimpah, dan kita mau melakukan budidaya pertanian.
Sumber bioetanol dapat berupa singkong, ubi jalar,
tebu, jagung, sorgum biji, sorgum manis, sagu, aren, nipah, lontar, kelapa dan
padi. Sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di Indonesia adalah
singkong karena singkong merupakan tanaman yang mudah dijumpai di Indonesia,
selain itu harganya juga relatif terjangkau. Langkah ini selain akan
menguntungkan pemerintah yang dapat mengurangi pengeluaran dana negara untuk
mengimpor BBM atau memberi subsidi untuk BBM, juga akan menguntungkan petani
singkong yang pendapatannya tidak terlalu tinggi. Indonesia pun bisa menjadi
negara yang mandiri.
Alternatif-alternatif
yang telah disebutkan diatas adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan pemerintah
Indonesia untuk mengatasi permasalahan-permasalahan transportasi, khususnya
permasalahan yang ada pada sistem transportasi darat, mangingat transportasi
darat memiliki siste dan permasalahan yang lebih kompleks. Namun alternatif-alternatif
tersebut hanya akan sia-sia apabila tidak diimbangi dengan kesadaran semua
pihak untuk mencapai sebuah sistem transportasi Indonesia yang berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP
Kegiatan pergerakan atau
perpindahan barang, manusia dan informasi pada ruang dan waktu, tidak dapat
terlepas dari ilmu geografi. Kegiatan perpindahan ini menggunakan sarana dan
prasarana yang selalu berubah-ubah, dalam geografi disebut sebagai network.
Tempat asal dan tempat tujuan perpindahan, berubah sesuai permintaan. Pandangan
ilmu geografi menyebutnya sebagai titik (nodes). Manusia, barang dan
informasi merupakan objek dari perpindahan ini. Ketiga hal tersebut merupakan
wujud dari permintaan perpindahan ini. Begitu perpindahan terjadi, maka hal
tersebut nampak nyata sebagai fungsi dari gerakan (flows). Sistem
transportasi dipengaruhi pada tata ruang, lingkungan alam (darat, udara dan
laut), sosial, ekonomi dan politik sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya
untuk kesejahteraan manusia.
Permasalahannya,
fasilitas-fasilitas transportasi di Indonesia saat ini masih jauh dari cukup.
Sebagai contoh, pada awal tahun 1999/2000, sekitar 13 % jalan nasional, 29 %
jalan provinsi, dan 58 % jalan kabupaten berada dalam kondisi rusak ringan dan
berat. Ini berarti dari sekitar 256.951 km total panjang jaringan jalan sekitar
separuhnya berada dalam keadaan rusak ringan dan berat. Tantangan yang dihadapi
oleh Indonesia guna mencapai tujuan di atas adalah bagaimana meningkatkan
penyediaan jaringan prasarana dan sarana transportasi yang dapat menjamin
kelancaraan arus barang dan jasa serta penyebaran aliran investasi secara
merata di seluruh daerah serta bagaimana meningkatkan keterkaitan ekonomi antar
daerah secara menguntungkan dan meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi
daerah dengan pengembangan sentra kegiatan ekonomi pendorong pertumbuhan
wilayah sekitarnya.
Masalah transportasi berkaitan dengan keterbatasan
sumber daya atau kapasitas perusahaan yang harus didistribusikan ke berbagai
tujuan, kebutuhan atau aktivitas. Dengan demikian manfaat utama dari
mempelajari masalah transportasi ini adalah mengoptimalkan distribusi
sumberdaya tersebut sehingga mendapatkan hasil atau biaya yang optimal.
Persoalan transportasi
membicarakan masalah pendistribusian suatu komoditas atau produk dari sejumlah
sumber (supply) ke sejumlah tujuan (demand, destination) dengan
tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi.
Ciri-ciri khusus persoalan transportasi adalah :
1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah
tujuan tertentu.
2. Kuantitas komoditas atau barang yang
didistribusikan dari setiap sumber dan yang diminta oleh setiap tujuan,
besarnya tertentu.
3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari
suatu sumber ke suatu tujuan, besarnya sesuai dengan permintaan atau kapasitas
sumber.
4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu
sumber ke suatu tujuan, besarnya tertentu.
Model umum
suatu persoalan transportasi dilandasi pada asumsi-asumsi berikut:
1.
Bahwa suatu produk yang ingin diangkat tersedia dalam jumlah yang tetap dan
diketahui.
2.
Bahwa produk tersebut akan dikirim melalui jaringan transpotasi yang ada dengan
memakai cara pengakutan tertentu dari pusat-pusat permintaan.
3.
Bahwa jumlah permintaan di pusat permintaan pun diketahui dalam jumlah tertentu
dan tetap.
4. Bahwa
ongkos angkutan per-unit produk yang diangkut pun diketahui, sehingga tujuan
kita untuk meminimumkan biaya total angkutan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Alamat Website :
digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15607-Chapter1-215866.pdf
digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15607-Chapter1-215866.pdf
DAFTAR PUSTAKA
Alamat Website :
digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15607-Chapter1-215866.pdf
digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-15607-Chapter1-215866.pdf
0 komentar:
Posting Komentar