Senin, 07 Mei 2012

" surat cinta untuk rektor Universitas Negeri Medan "


Assalamu’alaikum wr. wb..
            Naiknya  sang surya yang menghapus sang gelap malam menjadikan pagi yang penuh harapan dan semangat. Ananda yang hanya bermodalkan pena dan tinta menggoreskan kata – kata dengan perasaan yang takjub diiringi dengan deraian air mata kebahagian yang tak terbendung. Harapan berbingkai emas putih yang jernih, ayahanda dalam keadaan sehat dan bangga saat membaca coretan ananda yang tak bermakna ini.

            Ayahanda rektor yang ku cinta.

Ketika ayahanda membaca surat ini, anggaplah ananda sedang mencium tanganmu dengan rasa haru yang menderu dalam dada, anggaplah ananda adalah anak yang mencoba berbakti pada orang tua, dan anggaplah ananda ini meneteskan air mata sayang di tanah tempatmu memijakkan kaki. Ananda yang sedang berjuang di kota ini demi perbaikan nasib, yang hidup dengan seorang janda tua di kota kecil yang nyaman tanpa hiruk pikuk dunia ini. Dulu almarhum bapakku berkata jadilah anak yang sholehah dan juga gapai  pendidikan setinggi langit, dan hari ini ananda bisa membuktikannya dengan mengawalinya dari sini, bermodalkan pengetahuan yang ananda kais sejak kecil hingga sekarang dengan sungguh - sungguh, niat tulusku untuk menepati janjiku, dan juga doa tulus dari seorang ibunda yang sangat kucintai. Aku dapat memasuki universitas ini tanpa ada mengeluarkan modal yang mencekik leher.

Ayahanda rektor yang ku cinta,

Engkau bukan hanya pahlawan yang mengajarkan kami tentang persamaan akuntansi, tentang kehebatan jurnal – jurnal, tentang susunan laporan keuangan, maupun bagaimana bentuk keseimbangan dalam neraca. Tetapi engkau juga mengajarkan kami bagaimana keseimbangan hidup dalam kecerdasan yang sesungguhnya, dan juga pendidikan karakter yang engkau canangkan pada diri ini, yang menjadikan investasiku agar ananda lebih siap  mengahadapi dunia yang fana dan penuh fatamorgana  ini,  bagaimana memetik amal di ladang amal Allah azza wa jalla ini. dan juga amanah ananda sebagai generasi yang akan membangun negeri ini sebagai generasi pembaharuan dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan moral yang jernih.

Ayahanda rektor yang kukagumi karena Allah

Tidak banyak hal yang kukenal dari dirimu tapi saat membaca biografimu timbul rasa kagumku. Dari kesederhanaan dan kebersahajaan dirimu serta sloganmu “kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit” yang begitu melekat di hatiku. tentu menjadi motivasi tersendiri bagiku. Kenapa tidak ? ananda yang beranjak dari kampung halaman dengan restu orangtua dan niat tulus meneruskan cita – cita. walau tak memulai dari sandal jepit, jalan kaki menuju kampus, seperti cerita para tokoh dahulu. Namun, justru harus memulai perjuangan di kampus ini dengan melawan kemanjaan diri dari mudahnya segala sesuatu karena teknologi. Karena sungguh tak mudah berada di kota yang sangat membuat batin dan jiwa cukup tergoncang dan terbuai untukku seorang anak yang beranjak dari kampung halaman yang sangat nyaman dan cukup jauh dari hiruk pikuk di kehidupan ini. 

Ayahanda rektor yang kukagumi karena Allah

Pertama kali ananda bertatap Ayahanda rektor secara langsung pada saat seminar tentang pembangunan karakter, makin bertambah rasa kekagumanku pada ayahanda dengan senyuman dan semangat yang dahsyat yang begitu menular pada jiwa ini. Pada saat itu pula ayahanda membutikan slogan ayahanda. Hal yang paling ku ingat saat itu adalah saat ayahanda mempraktekkan bahwa menjaga kebersihan itu tidaklah sulit cukup dengan dua jari kita bisa menjaga kebersihan, saat itu ayahanda mengambil plastik bekas snack,dan juga puntung rokok yang dibuang oleh orang yang belum peduli dengan kebersihan cukup dengan dua jari tangan kiri ayahanda. subhanaAllah… sungguh aksi nyata yang patut ditiru oleh kami sebagai warga kampus hijau dan berkarakter ini walaupun sedikit tapi kalau semua warga universitas bisa menerapkan itu.
Sempat tercetus di pikiran ananda, kenapa Ayahanda rektor tidak membuat jalur sepeda disekitar daerah kampus hijau kita ini. Padahal dengan adanya jalur sepeda ini kan banyak manfaat dan sisi kebaikan yang dapat kita ambil. Memang memberi saran mudah.tapi saran ini muncul karena kejenuhan ananda melihat suasana kampus. Mahasiwa yang kebut – kebutan juga termasuk salah satunya. Lalu, di depan gerbang kampus tepatnya gerbang dua yang kian terlihat sangat padat bahkan menyebabkan macet yang panjang karena angkutan umum yang menguasai satu jalur untuk menjemput para mahasiswa yang kini di manjakan oleh para angkutan umum. Kalau saja karakter itu telah terbentuk dalam jiwa mahasiswa pasti suasana ini tidak akan terlihat. Namun, penanaman karakter ini belum optimal kami rasakan termasuk penerapan dalam perkuliahan. Tapi, tentu seperti ayam yang bertelur tidak semua akan menjadi anak ayam namun ada juga yang pecah sebelum menetas. Tentu tidak semua mahasiswa mengabaikan pembangunan karakter itu. Beberapa diantara kami mahasiswa telah mencoba menerapkannya walau tak semudah yang kami fikirkan. Terutama masalah disiplin dan kejujuran dalam diri kami.
Terakhir terucap salam cinta dan doa dariku seorang mahasiswi yang begitu bangga berada di kampus yang Ayahanda rektor pimpin ini. Tiada harta yang bisa menggantikan jasamu, dan tiada balasan materi yang dapat melunasi ilmumu. Saya hanya bisa berdoa kepada Allah azza wa jalla agar ayahanda senantiasa mendapat perlindungan, hidayah serta iman yang terus mendampingimu dikala sedih dan senang, dikala tidur dan terjaga, dan dikala rindu dijajah hati dan jiwa.

            Sekian dari ananda. Mohon maaf jikalau ada kata – kata ananda yang tak berkenan di hati ayahanda rektor. Karena Ananda bukanlah seorang mahasiswi jurusan sastra yang dapat menyusun berbagai rangkaian kalimat yang indah. Tapi setidaknya ananda senang dan bangga karena ini adalah surat cinta pertama untuk Ayahanda rektor.
Salam santun terhangat dan rasa kagum karena Allah dari Ananda.






Kampus Hijau, Universitas Negeri Medan
“The University of Character Building”


Yayi Ayu Ningtias
Akuntansi – non. dik / 2011