Tanah adalah lapisan atas bumi yang merupakan campuran dari pelapukan
batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk. Oleh
pengaruh cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral-mineralnya
terurai (terlepas), dan kemudian membentuk tanah yang subur. Tanah juga disebut
lithosfer (lith = batuan) karena dibentuk dari hasil pelapukan batuan.
Tanah merupakan unsur kehidupan
yang paling penting. Tanpa tanah, tentu kita tak ada tempat berpijak. Tanah memiliki banyak
jenis karena perbedaan proses pembentukan dan unsur yang terdapat di dalamnya
juga berbeda. Berikut jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia. Indonesia
adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Akibat dari proses
pembentukan tanah yang berbeda-beda maka terdapat berbagai macam jenis tanah,
yaitu ada 9
jenis tanah yang berada di Indonesia
sebagai berikut :
1. Tanah Organik
Tanah organik merupakan tanah
yang telah terendam air dalam waktu yang lama atau setidaknya selama 1 bulan
dan mengandung bahan karbon organik > 12% jika berlempung atau mengandung
bahan karbon organik > 18% jika berlempung 60% dan lempung tersebut
berimbang dan proposional. Tanah organik dapat digolongkan kedalam Histosol
jika lebih dari 50% lapisan atas tanah dalam memiliki ketebalan 40 – 80 cm.
Bahan penyusun tanah organik dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu;
- Fibrik yang dekomposisinya paling sedikit, sehingga masih banyak mengandung serabut, BJ rendah (< 0,1), kadar air tinggi dan berwarna coklat;
- Hemik merupakan peralihan dengan dekomposisi separuhnya, masih banyak mengandung serabut dengan BJ 0,07 – 0,18, dengan kadar air tinggi serta berwarna lebih kelam;
- Saprik merupakan dekomposisinya paling lanjut, kurang mengandung serabut, BJ > 0,2 atau lebih, kadar air tidak terlalu tinggi dengan warna hitam dan coklat kelam;
·
Litosol
Litosol merupakan tanah yang
sangat muda, sehingga bahan induknya sering terlihat dangkal atau < 20 cm,
profilnya belum memperlihatkan horison penciri dengan sifat-sifat dan ciri
morfologi yang masih menyerupai batuan induknya. Tanah litosol tidak berkembang
karena pengaruh iklim yang lemah atau terlalu agresif, letusan gunungapi, atau
topografi dengan kemiringan yang tinggi. Proses pembentukan tanah lebih lambat
dari proses penghilangan tanah akibat dari erosi, sehingga solum tanah
cenderung semakin dangkal. Proses peremajaan tanah dapat terjadi akibat dari
tertutupnya permukaan tanah karena banjir lahar dingin atau tuf vulkanis. Tanah
litosol yang berada pada topografi yang tidak rata maka lingkungan alkalis
dapat menyebabkan lempung 2/1 yang terbentuk sangat peka terhadap erosi. Tanah
litosol ini banyak terdapat pada daerah pegunungan kapur dan karst di wilayah
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa tenggara, serta Maluku bagian selatan.
·
Aluvial
Tanah Aluvial merupakan tanah
endapan yang terjadi karena proses luapan banjir, sehingga dapat dianggap masih
muda dan belum ada diferensiasi horison. Endapan aluvial yang sudah tua dan
menampakkan akibat pengaruh iklim serta vegetasi tidak termasuk kedalam jenis tanah
aluvial. Ciri khas pembentukkan tanah aluvial adalah bagian terbesar bahan
kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya. Tekstur tanah yang diendapkan
pada waktu dan tempat yang sama akan lebih seragam, dan semakin jauh dari
sumbernya maka makin halus butir yang diangkut. Karena itu jika pembentukan
terjadi pada musim hujan maka sifat bahan-bahannya juga tergantung pada
kekuatan banjir serta asal dan macam bahan yang diangkut, oleh karena itu
menampakkan ciri morfologi berlapis yang bukan merupakan hasil perkembangan
tanah. Sifat tanah aluvial dipengaruhi langsung oleh sumber bahan asal,
sehingga kesuburannya juga ditentukan oleh sifat bahan asalnya. Jika dilihat
berdasarkan genese tananhnya, maka tanah aluvial kurang dipengaruhi oleh iklim
dan vegetasi, tetapi yang paling nampak pengaruhnya pada ciri dan sifat
tanahnya ialah bahan induk dan topografi sebagai akibat dari waktu terbentuknya
yang masih muda. Menurut bahan induknya terdapat tanah aluvial pasir, lempung,
dan kapur. Dengan memperhatikan cara terbentuknya maka fisiografi untuk
terentuknya tanah ini terbatas pada lembah sungai, datarn pantai, dan bekas
danau, yang memiliki relief datar dan cekung. Tanah aluvial di Indonesia pada
umumnya baik untuk komoditas pertanian dan perkebunan berupa padi, palawija,
dan tebu. Tanah aluvial di indonesia ada pula yang dimanfaatkan untuk tambak
bandeng dan gurameh.
·
Pasiran
Tanah pasiran pada umumnya belum
jelas membentuk diferensiasi horison, meskipun pada tanah pasiran tua horison
sudah mulai terbentuk horison A1 lemah berwarna kelabu, mengandung bahan yang
belum mengalami pelapukan. Tekstur tanah pada umumnya kasar, struktur kersai
atau remah, konsistensi lepas sampai gembur, dan pH 6 – 7. Semakin tua umur
tanah struktur dan konsistensinya makin padat, bahkan dapat membentuk padas
dengan drainase dan porositas yang terhambat. Pada umumnya jenis tanah ini
belum membentuk agregat, sehingga peka terhadap erosi. Tanah pasiran pada
umumnya mengandung unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap tanaman,
tetapi unsur N terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. Berdasarkan bahan
induknya tanah pasiran dapat dibedakan menjadi 3 yaitu; (1). Abu vulkanik pada
daerah-daerah vulcanic fan
(lahar vulkanik yang ke bawah melebar seperti kipas), (2). Bukit pasir sand dune biasanya terdapat pada
daerah pantai, (3). Batuan sedimen dengan topografi bukit lipatan.
3. Tanah Merah
Tanah merah merupakan tanah yang
mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia muali dari tepi pantai yang landai
hingga pegunungan tinggi yang berbukit atau bergelombang, dengan kondisi iklim
agak kering hingga basah, terbentuk dari batuan beku, sedimen atau malihan.
Variasi tanah merah yang baru dijumpai digolongkan ke dalam Podzolik Merah
Kuning, sehingga jenis tanah tersebut mampunyai ciri dan sifat yang terluas.
·
Latosol
Tanah latosol merupakan tanah
yang meliputi semua tanah zonal di daerah tropika dan katulistiwa mempunyai
sifat-sifat dominan yaitu; (1). Nilai SiO2 fraksi lempung rendah, (2).
Kapasitas pertukaran kation rendah, (3). Lempungnya kurang aktif, (4). Kadar
mineral rendah, (5). Kadar ahan larut rendah, (6). Stabilitas agregat tinggi,
(7). Berwarna merah. Latosol meliputi tanah-tanah yang telah mengalami
pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian
unsur basa, bahan organik dan silika, dengan meninggalkan sesquioksid sebagai
sisa berwarna merah. Ciri morfologi yang umum adalah tekstur lempung sampai
geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Warna tanah
sekitar merah tergantung susunan mineralogi, bahan induk, drainase, umur tanah
dan keadaan iklim. Latosol terbentuk di daerah-daerah beriklim humid tropika
tanpa bulan kering sampai subhumid yang bermusim kemarau agak lama, bervegetasi
hutan basah sampai savana, bertopografi bergelombang sampai berbukit dengan
bahan induk hampir semua macam batuan. Tanah latosol terdapat pada daerah
tropis hingga subtropis. Di Indonesia tanah latosol pada umumnya berasal dari
batuan induk vulkanik, baik tuff maupun batuan beku, terdapat mulai dari tepi
pantai sampai ketinggian 900m dpal dengan topografi miring, bergelombang,
vulcanic fan hingga pegunungan denga iklim basah tropis curah hujan 2500 – 7000
mm.
·
Mediteran Merah Kuning
Jenis tanah ini memiliki
hubungan dengan iklim laut tengah (miditerania) yang dicirikan dengan
musim dingin banyak hujan dan musim panas kering. Tanah ini pertama kali
ditemukan dan diselidiki sekitar laut tengah disepanjang pantai Eropa,
sepanjang pantai asia barat yang mengitari laut tengah. Selain itu tanah inipun
terdapat di Amerika Selatan dan Asia Tenggara (Indonesia, Laos, Filipina).
Jenis tanah ini terutama yang merah juga terkenal dengan nama Terra Rossa.
Dibandingkan dengan batu kapur sebagai bahan induk tanah Mediteran Merah Kuning
memperlihatkan akumulasi sesquioksida dan silika, sedangkan jika dibandingkan
dengan jenis-jenis tanah dari daerah humid seperti latosol, jenis tanah ini
mempunyai lebih kadar alkali dan alkali tanah. Tingginya kadar Fe dan rendahnya
kadar bahan organik menyebabkan tanah Mediteran Merah Kuning berwarna merah
mengkilat, bertekstur geluh dan mengandung konkresi Ca dan Fe. Di Indonesia
tanah jenis ini lanjut mengalami pembentukan tanah dengan cara lixiviasi dan
kalsifikasi lemah, tekstur berat, konsistensi lekat, kadar bahan organik rendah,
reaksi alkalis, derajad kejenuhan bsa tinggi, horison B tekstur berwarna kuning
merah, mengandung konkresi-konkresi kapur dan besi, horison eluvial umumnya
tererosi, dengan topografi berbukit sampai pegunungan. Jenis tanah ini berasal
dari dari batuan basaltik terdapat di daerah Baluran Jawa Timur yang berasal
dari batu kapur di Gunung Kidul, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara.
4. Tanah Lateritik
Tanah Lateritik banyak tersebar
di daerah yang beriklim humid dari tropis hingga subtropis. Beberapa ciri umum
morfologi lateritik adalah sebagai berikut; (1) solum dangkal dengan kedalaman
< 100 cm, (2) susunan horison A, B, dan C, dengan horison B spesifik
berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus adalah
lempung, (3) mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kwarsa yang menyebabkan adanya
air. Tanah jenis ini tersebar pada dataran rendah dengan ketinggian 100 m dpal,
serta memiliki relief datar hingga sedikit bergelombang dengan bahan induk
andesit dankKeadaan iklim basah dengan curah hujan antara 2500-3500 mm/thn
tanpa bulan kering.
5. Tanah Podzolik Merah Kuning
Tanah Podzolik Merah Kuning di
Indonesia mempunyai lapisan permukaan yang sangat terlindi berwarna kelabu
cerah sampai kekuningan di atas horison akumulasi yang bertekstur relatif berat
berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal, agregat kurang stabil dan
permeabilitas rendah. Kandungan bahan organik penjenuhan basa dan pH rendah
(4,2 – 4,8). Perkembangan lapisan permukaan yang terlindi kadang-kadang kurang
nyata. Jenis tanah ini di Indonesia terbentuk dalam daerah beriklim seperti
Latosol, perbedaannya hanya karena bahan induk Latosol berasal dari batuan
vulkanik basa dan intermediate, sedangkan tanah podzolik berasal dari batuan
beku dan tuff. Sebaran tanah podzolok merah kuning di Indonesia tersebar di
beberapa wilayah diantaranya di Sumatera, Kalimantan, Jawa Tengah, dan Jawa
Timu, yang dimanfaatkan untuk daerah perladangan dan perkebunan karet.
6. Andosol
Tanah andosol adalah tanah yang
berwarna hitam kelam, sangat sarang, mengandul bahan organik dan lempung tipe
amorf, terutama alofan serta sedikit silika, alumina atau hidroksi besi. Sifat
umum tanah andosol antara lain adalah; horison A1 yang tebal berwarna kelam,
coklat sampai hitam, sangat porous, sangat gembur, tak liat, tak lekat,
struktur remah atau granuler, terasa berminyak karena mengandung bahan organik
antara 8% sampai 30% dengan pH 4,5 – 6, beralih tegas ke horison B2 . Horison
B2 berwarna kuning sampai coklat, tekstur sedang, struktur gumpal dengan
granulasi yang tak pulih, mengandung bahan organik antara 2% hingga 8% dengan
kapasitas pengikatan air tinggi, serasa seperti berbentuk batang gibsit dari
oksida Al atau Fe dengan bahan amorf terdiri atas plasma poreus isotropik.
Sifat fisik tanah andosol antara lain; (1) daya pengikat air sangat tinggi, (2)
angka-angka konsistensi Atterberg sangat tinggi, (3) selalu jenuh air jika
tertutup vegetasi, (4) sangat gembur tetapi mempunyai katahanan struktur yang
tinggi sehingga mudah diolah, (5) permeabilitas sangat tinggi karena mengandung
banyak makropori.
7. Tanah Lempung 2/1 (Vertisol atau Grumusol)
Ciri-ciri tanah lempung ini
antara lain sebagai berikut; (1) tekstur lempung dalam bentuk yang mencirikan,
(2) tanpa horison eluvial dan iluvial, (3) struktur lapisan atas granular,
sering berbentuk seperti bunga kubis, dan lapisan bawah gumpal atau pejal, (4)
mengandung kapur, (5) koefisien pemuaian dan pengerutan tinggi jika diubah
kadar airnya, (6) seringkali mikroreliefnya gilgai, (7) konsistensi luar biasa
liat, (8) bahan induk berkapur dan berlempung sehingga kedap air, (9) dalam
solum rata-rata 75 cm, (10) warna kelam atau chroma kecil. Tanah ini di
Indonesia tersebar pada daerah-daerah pada ketinggian < 300 m dpal, dengan
topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25 C
dengan curah hujan < 2500 mm dengan pergatian musim hujan dan musim kemarau
nyata. Bahan induknya terbatas pada tanah bertekstur halus atau terdiri atas
bahan-bahan yang sudah mengalami pelapukan seperti batu kapur, batu napal,
tuff, endapan aluvial dan abu vulkanik. Kandungan bahan organik pada umumnya
antara 1,5 – 4,0 %, warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur.
Tanah yang kaya kandungan kapur pada umumnya berwarna hitam, sedangkan yang
bersifat asam berwarna kelabu. Jenis tanah ini mengandung unsur-unsur Ca dan Mg
tinggi, bahkan dalam beberapa keadaan dapat terbentuk konkresi kapur dan
akumulasi kapur lunak. Jenis lempung yang terbanyak montmorilonit, sehingga
tanah mempunyai daya adsorpsi tinggi (50-100 me / 100g lempung). Jika tanah
mengering setelah hujan pertama permukaan gumpal tanah grumusol yang kaya akan
kapur memperlihatkan struktur bunga kol. Sifat-sifat tanah vertisol yang sangat
berat menyebabkan jenis tanah ini sangat peka terhadap bahaya erosi dan bahaya
longsoran. Hal ini mengakibatkan relief tanah yang lebih tinggi menjadi
bergelombang dan didataran membentuk bukit-bukit kecil yang cembung yang pernah
ditemukan di pulau Sumbawa yang sangat kering yang dinamakan gilgai. Dengan
mengatur drainase irigasi dan pengolahan tanah disertai pemupukan bahan organik
untuk memperbaiki struktur tanah, jenis tanah ini dapat memberi hasil kapas,
padi, dan tebu.
8. Tanah Hidromorfik
Pada umumnya tanah hidromorfik
atau hidrosol memiliki sifat porositas dan drainase yang buruk, sehingga
mengurangi manfaatnya sebagai tanah pertanian. Topografi tanah ini pada umumnya
datar yang memungkinkan tergenang air dan terbentuk glei pada lapisan tanah
tertentu. Yang tergolong dalam tanah hidrosol antara lain tanah planosol, glei
humik, glei humik rendah, hidromorfik kelabu, podzolik air tanah, dan laterit
air tanah.